Clock

Posted by : Unknown Selasa, 18 Februari 2014

“Hah! Kamu datang cuma buat nonton wayang doang? Jarang lho ada anak muda sekarang yang suka nonton wayang.”
Begitulah respon spontan seorang teman ketika tahu motivasiku datang ke acara pembukaan Festival Teater Jakarta, 29 November 2011, di Teater Jakarta, TIM kemarin. Jujur ngomong, sebenarnya, tidak semua wayang aku suka. Tapi, aku sangat tertarik dengan wayang yang satu ini. Wayang “Kampung Sebelah” namanya. Wayang ini unik. Beda dengan wayang-wayang yang pernah aku lihat sebelumnya.
Emang pernah nonton wayang “Kampung sebelah” sebelumnya?
Hehehe.. Belum sih :p
Tapi aku pernah baca beritanya di internet dan tentunya kan ada paman google. Jadi ya bisa di searching dong infonya.
1. Yang bikin aku tertarik adalah gambar wayangya. Kalau biasa wayang itu identik dengan tokoh-tokoh pewayangan jawa seperti Arjuna, Bima, Batara Guru ataupun yang lain, tapi di wayang “Kampung Sebelah” ini beda. Mereka tidak memakai tokoh pewayangan Jawa sebagai lakonnya. Mereka malah memakai karakter manusia biasa seperti Lurah Somad, Si Kampret, Sudrun, Silvi dan Cak Dul sebagai lakonnya. Gambarnya pun memakai gambar manusia biasa sesuai dengan karakter masing-masing.

2. Kalau biasa kita dengar sinden di wayang kulit, nyanyinya lagu jawa kan. Nah, kalau yang ini lagunya dangdut bokk.. Gokil habis! Lagu pembukanya aja seperti ini liriknya..
Di atas langit masih ada langit
kerja keras cari duit supaya tidak pailit
Bawa duit pake dikempit
Duit diirit-irit makin sedikit
*Maaf ya kalau ada kesalahan*
3. Satu lagi yang unik, No Gamelan! Jadi, jangan harap ketemu sama pemusik gamelan di wayang ini. Adanya malah pemain drum, gitar, saxofon, flute, dan beberapa macam jenis kendang sebagai alat musik tradisionalnya. Gokil kan? Nggak heran, kalau banyak anak muda yang suka nonton wayang ini.
4. Ceritanya? Masih ada unsur sindiran dan kritikan terhadap pemerintah. Tapi dibuat dengan lebih halus dan lucu. Sungguh kreatif sekali leluconnya. Penonton pun dibikin nggak bisa berhenti ngakak.  Seperti dialog si Kampret sama lusi berikut seperti ini (intinya) :
Kampret : “Sudahlah lus.. Mending cari cowok itu nggak usah kaya-kaya. Orang kaya itu biasanya goblok.”
Lusi  : “Lha kok bisa?”
Kampret : “Pak presiden kita itu kaya atau nggak?”
Lusi          : “Ya kaya to pret!”
Kampret : “Kaya tapi goblok”
Lusi          : “Lha kalau goblok mana bisa jadi presiden to pret?”
Kampret : ” Lha masak buka pintu mobil aja nggak bisa, sampe minta dibukain sama ajudannya. Lha, goblok to itu. Wong aku aja,  pintu mobil dikunci  bisa aku buka sendiri. Pinteran aku to!”
Wakakaka… Sumpah! Adegan ini gue ngakak habiss, nggak berhenti-berhenti! Huahahahaha…
Pada akhirnya, nonton wayang “Kampung Sebelah” itu kayak nonton pertunjukan boneka yang lucu tapi juga bermutu. Tidak hanya terhibur dengan leluconnya yang dahsyat, tapi juga diajak merenungkan lebih dalam tentang fenomena masyarakat yang terjadi sekarang ini.
Pertunjukan yang saya tonton kemarin berjudul “Pelacur dalam Perspektif Sosiologi”, yang menceritakan tentang usaha pemerintah menutup lokalisasi yang ada di desa Bangun Jiwo, untuk dibangun sebuah mall. Tidak hanya para pelacur dan germo yang terancam nganggur, tapi juga para pekerja kaki lima di desa itu. Cerita ini ditutup tanpa ada kesimpulan, hanya menggambarkan suasana perang antara pemerintah melawan rakyatnya sendiri dengan menggunakan tank berpeluru meriam.  Di tengah-tengah perang yang terjadi, munculah sosok seorang bijak yang berkata,
Banyak kelakar-kelakar yang terjadi di negeri ini
Meskipun begitu..
Langit diluar, langit didalam
Bersatu dalam lubang vagina
Setelah itu ditutup dengan nyanyian..
Marilah kita makan, kawan
Sebelum kita dimakan kawan
Marilah kita makan, kawan
Sebelum kita dimakan kawan..
Apa artinya itu? Masing-masing orang bebas menginterpretasikannya sendiri-sendiri. That is art that is wayang..



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Pengunjung

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

- Copyright © NUZULUL-19 -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -